Langkah pemerintah yang ingin menggandeng asing dalam menangani masalah Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan menuai kritik tajam.
Pemerintah melalui Menko Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan pernah mengutarakan akan mengajak perusahaan asuransi asal Tiongkok, Ping An Insurance untuk membenahi keuangan BPJS Kesehatan yang merugi hingga Rp 28,6 triliun.
Ekonom senior DR Rizal Ramli tidak setuju dengan ide itu. Sebab, kerja sama tersebut justru akan merugikan Indonesia dan menguntungkan Tiongkok.
“Jangan gitulah, nanti kalau dikasih sama perusahaan Tiongkok, ini data kesehatan kita ada di Beijing,” ujarnya dalam dalam acara Fakta yang disiarkan TVOne, Senin (2/9) malam.
Selain itu, dia mengingatkan adanya kecenderungan penguasan bisnis obat-obatan di balik rencana tersebut. BPJS Kesehatan merupakan pembeli obat terbesar di negeri ini. Dengan menggandeng Tiongkok, bukan tidak mungkin obat yang dibeli berasal dari negeri Tirai Bambu.
“Akhirnya nanti mereka jadi pemasok juga,” terang Menko Perekoniman era Presiden Abdurahman Wahid itu.
Kepada para pejabat negara, Rizal Ramli meminta untuk mengutamakan kepentingan dan keamanan nasional dalam berbicara maupun mengambil kebijakan.
Jangan sampai, pejabat negara terus-terusan mengandalkan asing sebagai obat dari segala penyakit yang ada di Indonesia.
“Jangan sedikit-sedikit minta tolong Tiongkok. Kayak kita negara terbelakang aja,” tutup mantan Menko Kemaritiman sebelum Luhut tersebut. 0 rm