Sebanyak 11 senjata api dari berbagai jenis tidak ditemukan di lokasi jatuhnya helikopter MI-17. TNI AD bekerja sama dengan masyarakat berupaya agar senjata api tersebut kembali.
"Info dari para tokoh masyarakat di Distrik Oksop, kemungkinan besar senjata tersebut diambil oleh masyarakat kampung terdekat dari lokasi jatuhnya heli. Para tokoh masyarakat setempat telah menyatakan kesediaannya membantu Pangdam agar senjata tersebut dikembalikan," kata Wakapendam Cenderawasih Letkol Dax Sianturi kepada wartawan, Sabtu (15/2/2020).
Letkol Dax Sianturi mengatakan TNI AD akan melakukan pendekatan kultural. Dia mengatakan upaya ini efektif dijalankan selama ini.
"Kami mengedepankan pendekatan kultural yang akan dilakukan oleh pemda dan tokoh masyarakat/tokoh adat setempat kepada masyarakat. Berdasarkan pengalaman kami, pendekatan tersebut sangat efektif untuk menyadarkan masyarakat agar bersedia mengembalikan senjata kepada pihak TNI," ujar dia.
Sebelumnya, Pangdam Cenderawasih Mayjen TNI Herman Asaribab mengakui ada 11 senjata api dari berbagai jenis tidak ditemukan tim yang melakukan evakuasi di kawasan Pegunungan Mandala, Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua. Dari laporan itu, Asaribab mengatakan ada 11 senjata organik TNI AD yang mungkin dibawa masyarakat yang berburu.
Senjata api yang hilang adalah 7 jenis senapan serbu SS-1, 3 pistol, dan 1 pelontar granat alias GLM.
"Memang benar, dari laporan yang diterima, terungkap senpi yang dibawa korban tidak ditemukan," kata Asaribab di Jayapura, Sabtu (15/2).
Heli MI-17 hilang kontak pada Jumat, 28 Juni 2019, saat terbang dari Bandara Oksibil, Papua. Helikopter saat itu terbang menuju Bandara Sentani, Jayapura.
Helikopter mengangkut 12 orang, terdiri atas 7 orang kru dan 5 personel Satgas Yonif 725/Woroagi. Heli ini digunakan dalam misi pengiriman logistik ke pos udara pengamanan perbatasan (pamtas) di Distrik Okbibab, Pegunungan Bintang.