Setahun sebelum Pemilu 2024, banyak pengamat memprediksi PAN tidak akan lolos parliamentary treshold, atau maksimal stuck di angka 4%. Saat itu sejumlah lembaga survei juga merilis hasil yang senada; partai matahari biru dipersepsikan sulit menaikkan elektabilitasnya. Merespons gejala tersebut, kami melihat pimpinan nasional PAN (DPP) di bawah komando Ketua Umum, Bang Zulkifli Hasan, tidak terlihat panik.
Sebaliknya, dia mengidentifikasi dan mendiagnosis satu per satu problem yang muncul, lalu mencari solusinya. Dua hal menurut saya yang menjadi handicap elektabilitas PAN lima tahun terakhir, yaitu PAN saat itu belum memaksimalkan coattail effect Presiden Jokowi, dan jarak dengan basis pemilih muda yang masih cukup lebar.
Lalu Bang Zul melakukan langkah strategis dan aksi kongkret sebagai problem solver. Pertama, guna memaksimalkan efek ekor jas Presiden Jokowi, sejak setahun terakhir para politisi PAN terus membangun opini dengan menyebarkan success story pemerintah ke masyarakat luas.
Tak hanya itu, selaku Menteri Perdagangan, Bang Zul juga memaksimalkan semua potensi yang ada untuk meningkatkan kinerja. Tanpa kinerja nyata, pencitraan apapun akan rapuh, karena tidak memiliki fondasi kerja yang dirasakan masyarakat. Maka kita lihat saat terjadi kenaikan harga minyak goreng, Menteri Perdagangan bekerja 24 jam untuk memastikan harga bisa dikendalikan.
Bantu Rakyat
Ahamdulilah, setelah "krisis" selama dua bulan, pada Oktober 2022, harga minyak goreng curah berhasil diturunkan hingga di kisaran Rp 14.000 per kilogram. Bang Zulhas memang bukan politisi penuh konsep dan teori yang indah di telinga. Sebaliknya, dia mengajarkan kepada kami semua, politisi muda PAN, untuk berpikir strategis, namun juga mampu melakukan aksi, mengambil kebijakan secara taktis, cepat, dan progresif. Tagline #BantuRakyat di Pemilu 2024 menjadi bukti semangat yang simpel namun mengena ke seluruh kader.
Krisis bisa terjadi kapan pun, di mana pun. Yang terpenting adalah bagaimana cara kita me-manage krisis, dan mengubahnya dari leability menjadi opportunity. Dalam konteks PAN, kritik para analis bahwa suara partai akan stuck, dijawab DPP dengan aksi kongkret, salah satunya dengan memaksimalkan coattail effect Presiden Jokowi, melalui kerja di pemerintah secara maksimal.
Kedua, berdasarkan sejumlah studi saat itu, gap antara PAN dengan pemilih muda, khususnya Genzy, salah satunya disebabkan kurangnya representasi anak muda di partai ini. Maka Bang Zulhas merekrut banyak talent muda yang memiliki kapasitas—tak hanya artis—untuk mengubah citra PAN menjadi lebih fresh dan dekat dengan anak muda.
Tak berhenti di situ, DPP juga memaksimalkan sosialisasi, baik di media mainstream maupun media sosial, yang hasilnya berdampak positif. Sebagaimana analisis Direktur Eksekutif LSI, Djayadi Hanan, September 2023, bahwa faktor utama yang berkontribusi terhadap peningkatan dukungan kepada PAN adalah gencarnya sosialisasi. Bahkan jingle PAN...PAN...PAN... menjadi lagu parpol paling viral selama setahun terakhir.
Ketiga, penempatan caleg yang tepat di setiap dapil. Ujung dari semua sosialisasi dan kampanye terletak di para caleg, sejauh mana mereka bisa menterjemahkan strategi yang diambil oleh pusat. Dalam hal ini, selaku caleg DPRD provinsi—yang kembali terpilih—saya mengikuti guidance dari Ketua Umum untuk terus bergerak ke bawah, membantu rakyat dan bekerja keras.
Kata orang bijak, hasil tidak mengkhianati proses. Di bawah kepemimpinan Bang Zulhas tahun ini, PAN tidak hanya melipatgandakan perolehan suara nasional, dari survei yang hanya 4% meningkat menjadi 7,23%. Lebih dari itu, PAN berhasil meningkatkan kursi di DPR, dari 44 kursi di 2019 menjadi 48 kursi pada 2024. Tentu saja kenaikan ini membuktikan bahkan strategi yang disusun works di lapangan.
Bahkan di dapil saya, Dapil II Banten DPR RI, PAN memperoleh hasil spektakuler dengan memimpin tabulasi suara dari awal hingga akhir. Berdasarkan real count final KPU, PAN menjadi partai terbesar dengan 244,983 suara. Disusul Nasdem (208,803), Gerindra (197,429), Golkar (174,577), PDIP (143,703), PKS (165,436), Demokrat (142,279) dan partai lainnya. Ini menunjukkan bahwa tidak ada Dapil yang mutlak dikuasai partai tertentu. Dengan strategi yang tepat dan konsistensi para caleg dan kader partai untuk bekerja keras, maka hasil yang lebih baik akan datang.
Agile Diplomacy
Kelincahan "diplomasi" atau agile diplomacy PAN tak hanya di kancah pileg, melainkan juga pilpres. Berkali-kali capres Prabowo Subianto (saat itu) hadir di banyak event yang diinisiasi oleh PAN. Tak jarang di forum tersebut, Prabowo mengeluarkan statement yang akhirnya viral dan memorable.
Seperti pada kampanye 11 Januari 2024 di Lampung, Prabowo menyebut Zulhas sebagai sahabat lama, kawan seperjuangan, kawan di waktu susah, dan kawan sejati. Penilaian itu berdasarkan data bahwa PAN secara konsisten sejak 2014 mendukung Prabowo sebagai calon presiden. Maka tak heran, sehari setelah pengumuman resmi kemenangan Prabowo-Gibran oleh KPU, Presiden terpilih Prabowo datang ke markas PAN pada kesempatan pertama untuk buka puasa bersama.
Lalu apakah dengan kedekatan di atas, PAN menuntut kursi menteri dalam jumlah tertentu? Jawabnya, tidak. Bang Zul berkali-kali mengirim pesan ke publik bahwa komposisi kabinet sepenuhnya merupakan hak prerogatif presiden. Yang terpenting bagi PAN adalah telah menunjukkan kesetiaan, kerja keras, dan profesionalitas di semua ladang pengabdian. Dari sana proses politik akan berjalan, dan semua pemimpin tentu membutuhkan dukungan yang solid dari partai politik di pemerintahan.
Next Target: Pilkada Serentak
Sudah seharusnya semua partai politik yang telah berjuang dalam pemilu (dan menang), maka mereka berhak menduduki jabatan publik tertentu sebagai pertanggungjawaban. Pasalnya bila pemenang justru tidak mengambil peran, maka itu sama dengan mengkhianati suara mayoritas yang memilihnya. Ini pernah terjadi di banyak negara—juga di Indonesia—di mana kita mendengar caleg terpilih terkadang mundur atau dipaksa mundur, digantikan oleh elite partai yang lebih kuat.
Tantangan ke depan berikutnya tak lain Pilkada Serentak November mendatang. Pada Pilkada Serentak 2020 lalu, PAN berhasil menang di 130 daerah se-Indonesia. Dari jumlah tersebut, sekitar 40 daerah merupakan kader. Bertolak dari fakta tersebut, tentu pada Pilkada 2024 ini kami mengharapkan hasil yang lebih baik lagi. Termasuk tentunya menempatkan lebih banyak kader sebagai calon kepala maupun wakil di masing-masing daerah.
Memang ini tidak mudah, namun dengan soliditas dan kepemimpinan efektif sebagaimana yang dijalankan Ketua Umum, bukan tidak mungkin PAN akan melampaui target yang sudah ditetapkan. Dalam upaya mengulang hasil positif di pileg lalu, penting bagi partai untuk menempatkan nama-nama kuat, yang mampu menarik pemilih. Modal utamanya antara lain kapasitas, kompetensi, dan yang tak kalah penting adalah elektabilitas. Dengan semua itu, saya yakin PAN akan bisa meningkatkan pencapaian di Pilkada lalu, juga mengulang hasil positif di Pileg 2024.
Dede Rohana Putra, MSi Anggota DPRD Provinsi Banten, Wakil Ketua Fraksi PAN DPRD Provinsi Banten
sumber: detik