Saat para penggali kubur mulai menutup makam Eril, Atalia Praratya langsung memeluk sang putri, Zahra, untuk menguatkannya. Sekali lagi dia menyeka air mata. Begitu pula sang putri yang duduk di sampingnya.
”Inna lillahi wa inna ilaihi rojiun, telah berpulang seorang hamba yang dititipkan menjadi putra kami. Seorang cucu yang saleh bagi nenek dan kakeknya, seorang kakak yang begitu melindungi bagi adik-adiknya, seorang teman yang begitu hangat selalu menolong sesamanya, seorang mahasiswa yang selalu cerdas dalam mencari ilmunya, dan seorang manusia yang selalu memuliakan manusia,” tutur Ridwan Kamil (RK), suami Atalia, dalam sambutannya di pemakaman yang terletak di kompleks Islamic Center Baitul Ridwan, Cimaung, Kabupaten Bandung.
Emmeril Kahn Mumtadz, nama lengkap Eril, putra sulung RK dan Atalia, meninggal setelah hanyut dan kemudian tenggelam di Sungai Aare, Bern, Swiss. Sebagai orang tua, Emil –sapaan akrab RK– meminta dibukakan pintu maaf untuk almarhum putranya. Dia juga memohon untuk disampaikan jika ada hal-hal yang tersangkut paut dengan urusan dunia yang belum tunai.
Emil turut membacakan sebuah tulisan ungkapan cinta untuk almarhum. Dia menyatakan, waktu 14 hari bisa terasa pendek dalam hidup rutin sehari-hari. Namun, waktu 14 hari bisa terasa begitu panjang dalam kehidupan keluarganya.
Dalam rentang waktu antara Eril kali pertama dilaporkan hilang pada 26 Mei sampai ditemukan dan kemudian dinyatakan meninggal, banyak tanya yang muncul, mengapa harus selama ini pencarian sang putra. Mengapa tidak lebih cepat agar semua lekas berlalu sehingga dia dan keluarganya yang hidup tidak terlalu lama bersedih. ”Tapi, waktu adalah rahasia Allah yang muskil bisa dipecahkan, apalagi menyangkut kelahiran dan kematian,” ujarnya.
Jenazah tiba di tempat pemakaman pada pukul 10.55 dari Gedung Pakuan, Kota Bandung, dan langsung diantarkan menuju liang lahad yang telah disiapkan. Dalam iring-iringan, tampak RK menggendong putra bungsunya, Arkana Aidan Misbach. Di belakangnya, ada sang istri, Atalia, dan sang putri, Camillia Laetitia Azzahra atau Zahra.
Pemakaman diawali dengan azan yang dikumandangkan Muzammil Hasballah. Suasana haru pun begitu terasa. Puluhan pelayat di area pemakaman tertunduk diam. RK yang duduk di antara sang ibu, Tjutju Sukaesih (Mak Cik), dan Atalia terlihat memegang erat tangan mereka. Seolah saling menguatkan dalam genggaman erat tersebut.
Emil turut menyampaikan, di kawasan pemakaman tersebut, sejatinya sedang dibangun Masjid Islamic Center yang sudah dua tahun berjalan. Awalnya, pembangunan masjid ini semata-mata dilakukan sebagai dakwah keluarga besarnya dan tempat ibadah untuk masyarakat. ”Namun, dalam kesempatan yang istimewa ini, izinkan kami mengungkapkan bahwa masjid akan diberi nama Masjid Al Mumtadz,” jelasnya.
Nama itu diambil dari nama terakhir Eril yang artinya paling baik. Dia berharap tempat ini nanti menjadi tempat yang mulia.
Dalam kesempatan tersebut, Mak Cik turut menyampaikan rasa syukurnya karena jenazah sang cucu berhasil ditemukan. Mak Cik juga bercerita, sebelum kepergian Emil ke Swiss untuk menjemput jenazah Eril, dirinya sempat menitipkan kain kafan yang digunakan untuk mengafani sang cucu.
Seusai pemakaman, melalui Instagram-nya, RK izin melanjutkan hidup kepada almarhum anak sulungnya. Semangat hidup almarhum Eril disebutnya akan terus mengiringi langkah dia dan keluarga.
”Dear Eril, selamat beristirahat dengan tenang sekarang. Doa-doa kami akan selalu menerangi alam kuburmu. Mulai esok, izinkan papap, mamah, Zara, dan Arka melanjutkan kehidupan fana ini dengan semangatmu di setiap langkah kami,” tulisnya.