Pendiri Drone Emprit dan Media Kernels Indonesia, Ismail Fahmi, melakukan pemetaan atas peristiwa pertemuan Joko Widodo dan Prabowo Subianto di Stasiun Moda Raya Terpadu (MRT) akhir pekan lalu. Bagaimana reaksi kedua pendukung mereka atas pertemuan tersebut?
Drone Emprit mencoba melihatnya melalui analisis percakapan atas kata kunci kedua tokoh yaitu ‘Jokowi’ dan ‘Prabowo’. Analisis tersebut terkhusus pada hari pertemuan.
“Kalau dilihat tren sebelum dan sesudah hari pertemuan mereka, dari 12-14 Juli, tampak bahwa tren percakapan tentang kedua tokoh sebelumnya relatif rendah (12 Juli), dan naik pesat pada tanggal 13 Juli, setelah berita pertemuan kedua tokoh muncul di media dan media sosial. Tren masih agak tinggi pada hari berikutnya (14 Juli),” kata Ismail dalam akun resminya, dilihat Senin (15/7).
Volume percakapan pada hari pertemuan memperlihatkan bahwa fokus publik adalah pada Prabowo sebanyak 332 ribu mention (60%) dibandingkan Jokowi 249k mention (40%). Prabowo Iebih banyak disoroti terkait pertemuan ini.
“Ketika melihat peta SNA dari percakapan tentang ‘Prabowo’ pada hari pertemuan tersebut. tampak seperti ada cluster yang tertukar,” katanya.
Ada dua cluster besar, dari pendukung petahana dan dari pendukung oposisi. Biasanya, cluster pro oposisi. Ketika melihat peta SNA dari percakapan tentang ‘Prabowo’ pada hari pertemuan tersebut, tampak seperti ada cluster yang tertukar.
“Ada dua cluster besar, dari pendukung petahana dan dari pendukung oposisi. Biasanya, cluster pro oposisi menampilkan sentimen percakapan yang positif (hijau) tentang Prabowo, dan sebaliknya cluster pro petahana cenderung negatif (merah),” ucapnya.
Namun dalam SNA kali ini, warnanya tertukar. Sentimennya terbalik. Cluster pro petahana sangat positif kepada Prabowo (hijau), sedangkan cluster pro oposisi menampilkan ekspresi sentimen negatif (merah).
“Kedua cluster kini bertukar peran tekait percakapan tentang Prabowo,” ujarnya.
Sentimen pertama yakni Prabowo mulai ditinggalkan pendukungnya. Sentimen negatif dari cluster yang dulu mendukung Prabowo, banyak diwarnai oleh ekspresi kekecewaan.
“Apakah sentimen positif ini akan bertahan lama dan seterusnya dari cluster pro petahana kepada Prabowo? Tidak ada yang bisa memastikan, karena ituIah politik.
Ismail menyimpulkan bahwa pertemuan Jokowi dan Prabowo adalah momen yang sangat penting dalam rangkaian Pilpres 2019 ini. Momen ini tampaknya telah membuat peta dukungan berubah dengan cukup signifikan.
Bagi kubu pro petahana, pertemuan ini menjadi legitimasi atas hasil Pilpres 2019. Dengan ucapan selamat dari Prabowo kepada Jokowi, berakhir sudah kontestasi, mulainya rekonsiliasi, dan saatnya bersama-sama memulai melihat ke depan.
Namun bagi kubu pro oposisi, pertemuan ini mengejutkan sekali dan tidak terduga. Mereka banyak yang kecewa, dan menyatakan menarik dukungan kepada Prabowo dan melanjutkan perjuangan menjadi oposisi.
“Ledekan dan cacian kepada mereka yang kecewa memang tak terhindarkan, seperti yang diperlihatkan oleh beberapa buzer. Hal ini memperlihatkan bahwa kubu-kubuan sepertinya belum akan hilang. Dan mungkin mustahil hilang,” kata Ismail.
Dalam kacamata demokrasi, bisa melihat hal yang positif dari situasi ini. Mereka yang memenangkan mayoritas suara rakyat, akan menjalankan pemerintahan. Sementara mereka yang kalah, akan menjadi oposisi, yang memang diperlukan dalam demokrasi. Keduanya sama-sama penting. 0 ns