Image description
Image captions

PDIP menepis memasang calon boneka untuk melawan Gibran Rakabuming Raka di Pilkada Solo 2020. Pasangan boneka ramai dibicarakan menyusul kuatnya dukungan parpol bagi Gibran yang berpasangan dengan Teguh Prakosa di Pilwalkot Solo.

"Banyak yang meragukan bahwa pasangan independen di Solo dibantu untuk lolos, spekulasinya adalah untuk menghindarkan mas Gibran melawan kotak kosong. Jadi isu yang berkembang hanyalah pasangan boneka," ujar Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto dalam konferensi pers via virtual, Rabu (26/8/2020).

Pasangan boneka yang dimaksud Hasto itu merupakan bakal calon perseorangan Pilwalkot Solo 2020, Bagyo Wahyono-FX Supardjo (Bajo). Bajo ramai disebut sebagai pasangan boneka setelah muncul gerakan kotak kosong untuk melawan Gibran.

"PDIP tidak pernah merencanakan adanya calon-calon boneka," tegas Hasto.

Dia pun menceritakan soal pengalaman PDIP terkait pasangan boneka. Hasto menyebut PDIP pernah tanpa sengaja mencalonkan pasangan boneka di Pilkada Pacitan.

"Dulu di Pacitan, di dalam kontestasi Pilkada di Pacitan, kami pernah mencalonkan seseorang sebagai calon Bupati. Tiba-tiba, dua minggu sebelum Pemilu, yang bersangkutan menghilang dan tidak aktif lagi di dalam proses Pilkada tersebut," tuturnya.

"Nah, beberapa tahun kemudian, kami baru tahu bahwa yang bersangkutan menjadi caleg yang menjadi kompetitor kami itu. Nah, ini kan akan semacam jurus, calon-calon boneka kalau seperti itu," sambung Hasto.

PDIP memastikan tak pernah menempuh cara-cara tidak terhormat untuk memenangkan jagoannya. Menurut Hasto, menang-kalah di kontestasi pemilu merupakan hal biasa.

"Tapi PDIP tidak pernah memikirkan, punya niatan untuk mengaburkan suatu kontestasi yang sehat dalam demokrasi dengan menciptakan calon-calon fiktif atau calon boneka. Itu nggak ada di dalam kamus PDIP. Kami ini partai pelopor, kami ini siap bersaing secara sehat. Kalau menang lima tahun, kalah lima tahun, itu biasa. Sehingga kami tidak mengenal cara-cara kotor di dalam demokrasi. Politik itu membangun peradaban," tegas Hasto.

Hasto menyatakan PDIP berjuang dengan penuh keyakinan untuk mempersiapkan calon kepala daerah dengan sebaik-baiknya. Ia juga menegaskan Gibran, yang merupakan putra Presiden Joko Widodo (Jokowi), juga bekerja keras untuk memenangi pertarungan politik di Solo.

"Buktinya Mas Gibran sangat serius mengikuti seluruh sekolah para cakada dengan disiplin. Bahkan hari ini langsung tancap gas. Itu artinya bahwa kita serius di dalam menanggapi calon-calon baik itu independen maupun dari parpol lain," ucap Hasto.

Sebelumnya diberitakan, pasangan independen di Pilkada Solo, Bajo, mengaku kerap mendapat komentar miring atas niatnya melawan Gibran. Mereka dianggap sebagai pasangan calon boneka yang digunakan untuk menjadi penantang Gibran-Teguh.

"Kita tidak boneka, kita tidak setting-an, kita tidak pernah berkomunikasi dengan partai politik dan siapa pun karena benar-benar kami murni. Bahkan saya warning kalau Pak Bagyo dan Pak Supardjo menerima uang, akan saya hentikan (dukungan) pilkada," tegas Ketua ormas pengusung Bajo, Tikus Pithi Hanata Baris, Tuntas Subagyo, Selasa (4/8).

Kekuatan politik Gibran di Solo sendiri sudah sangat 'gendut'. Setelah mendapat dukungan dari PDIP dan Gerindra, menyusul Gibran-Teguh diusung oleh Golkar dan PAN.

Di Solo, PDIP memiliki kekuatan mayoritas dengan memiliki 30 kursi di DPRD. Modal dari kursi PDIP saja sudah cukup untuk menjadi syarat pendaftaran ke KPUD Solo.

Gerindra, Golkar, dan PAN masing-masing memiliki 3 kursi di DPRD Solo. Sementara itu, PSI, yang memiliki 1 kursi, juga sudah menyatakan dukungannya.