Wali Kota Jakarta Utara Sigit Wijatmoko menegaskan tidak ada penolakan dari warga Sunter saat penggusuran berlangsung. Menurut Sigit, mereka yang menolak adalah pendamping warga setempat atau bukan warga Sunter yang kena penggusuran.
"Iya, bukan warga. Mereka hanya katakan pendamping warga," kata Sigit di Balai Kota DPRD DKI Jakarta, Senin (18/11).
Sigit juga mengungkapkan tidak ada warga yang menuntut meminta pekerjaan usai penggusuran tersebut. Padahal kebanyakan bangunan yang digusur juga bukan permukiman, melainkan tempat usaha.
"Mereka tidak minta pekerjaan meski itu dominan kan tempat usaha. Berupa lapak barang bekas arau rongsokan," ujarnya.
Sigit mengatakan pihaknya sudah menawarkan rumah susun kepada warga sebagai pengganti tempat tinggal. Namun, hingga kini warga enggan mendaftar karena yang digusur bukanlah tempat tinggal mereka.
Mayoritas bangunan-bangunan yang digusur itu, kata Sigit, hanya digunakan sebagai tempat usaha. Mereka memiliki tempat tinggal di tempat lain.
"Mereka pada umumnya kembali ke tempat tinggal ada di Penggilingan, ada di daerah Kebon Bawang. dan Tanah Abang," tuturnya.
Pemprov DKI Jakarta melakukan penataan kawasan di Jalan Agung Perkasa 8, Kelurahan Sunter Jaya dan Kelurahan Sunter Agung, Tanjung Priok pada Kamis lalu (14/11). Sempat terjadi kericuhan antara petugas Satpol PP dengan kelompok yang menolak penggusuran.
Salah satu warga Sunter yang kena gusur menyayangkan sikap Pemprov DKI Jakarta. Dia adalah Subaidah yang mengaku memilih Gubernur Anies Baswedan pada Pilkada 2017 lalu.
"Kami semua pendukung Anies, tapi kenapa digusur, katanya dulu tidak ada penggusuran saat kampanye," Subaidah mengutip Antara, Sabtu (16/11).
Wali Kota Jakarta Utara Sigit Wijatmoko membantah terjadi kericuhan saat penggusuran terjadi. Dia juga mengatakan bahwa penggusuran sudah disosialisasikan sejak 2 bulan lalu dan semua warga sudah mengetahui.
"Bahkan proses pembongkaran itu kita hanya membantu. Itu dilakukan sendiri oleh mereka," kata Sigit di Balai Kota DKI, Senin (18/11). 0 cnn