Image description
Image captions

Maryam March Maharani, atau akrab disapa Rani, telah mencatatkan sejarah sebagai judoka Indonesia pertama yang kembali berlaga di Olimpiade setelah 12 tahun absennya cabang olahraga ini dari panggung bergengsi tersebut.

Perjalanan Rani menuju Olimpiade Paris 2024 tidaklah mudah. Wanita kelahiran Jakarta, 8 Maret 2000 ini, harus berjuang keras mengumpulkan poin demi poin melalui berbagai kejuaraan, bahkan harus mengorbankan waktu berharga bersama keluarga.

"Perjuangan untuk tampil di Olimpiade kali ini sangat berat dan susah. Harus mengumpulkan poin sebanyak mungkin melalui kejuaraan-kejuaraan yang ada," ungkap Rani dikutip dari laman resmi Kemenpora, Selasa (30/7).

Rani, yang turun di kelas 52 kg, berhasil mengamankan tiket ke Olimpiade melalui jalur kualifikasi Kontinental Asia dengan peringkat keenam. 

Prestasi ini merupakan puncak dari perjalanan panjangnya di dunia judo yang dimulai sejak usia 12 tahun.

Bakat dan dedikasinya yang tinggi mengantarkan Rani ke Pusat Pendidikan dan Pelatihan Olahraga Pelajar (PPOP) Ragunan, lalu ke Pelatnas, hingga akhirnya mampu bersaing di level internasional. 

Berbagai prestasi telah ia raih, termasuk menjadi runner-up di Hong Kong Asian Open 2024 dan meraih medali emas di PON 2021 Papua.

Meski harus mengakui keunggulan wakil Kosovo, Distria Krasniqi, di babak 16 besar Olimpiade Paris, Rani tetap optimis. 

Pengalaman berharga dan pelajaran yang didapat dari judoka-judoka hebat dunia menjadi modal berharga untuk menatap masa depan.

"Persaingan di Olimpiade sangat kuat. Banyak evaluasi yang harus dilakukan, terutama mental dan teknik. 

Pengalaman juga penting karena ini adalah kejuaraan besar. Harus berjuang lebih keras lagi dan berlatih maksimal," pungkasnya.

Rani telah membuktikan bahwa dengan kerja keras dan dedikasi, mimpi untuk berdiri di panggung Olimpiade bukanlah hal yang mustahil. Perjuangannya menjadi inspirasi bagi atlet-atlet muda Indonesia untuk terus berjuang dan mengharumkan nama bangsa.