Sejak dunia dilanda oleh pandemi Covid-19, pertumbuhan ekonomi di berbagai negara ikut terdampak akibat kebijakan pembatasan perdagangan disesuaikan dengan protokol kesehatan.
Ketika krisis kesehatan mulai mereda dengan jumlah pasien terinfeksi berkurang, dunia kembali dilanda krisis keamanan yang dimulai dengan perang militer antara Rusia dan Ukraina pada Februari lalu.
Pasokan pangan dan ekonomi dunia kembali menghadapi tantangan besarnya sepanjang tahun ini.
Banyak ekonom memperkirakan jika banyaknya masalah yang dihadapi dunia saat ini, akan berdampak besar pada resesi dunia di tahun mendatang.
Tetapi, menurut mantan wakil presiden RI, Jusuf Kalla jika krisis ekonomi tersebut tidak tidak akan menyentuh Asia Tenggara, khususnya Indonesia.
Dalam acara Webinar bertemakan 'Global Economy : Reflection and Challanges for Indonesia Post G-20 Presidency' yang ia hadiri secara online pada Rabu (2/11), JK menunjukkan bahwa pertumbuhkan ekonomi negara ASEAN menurut World bank sudah cukup baik.
"Merujuk data World Bank yang menyebut Vietnam bisa tumbuh 7,5 persen, Filipina sekitar 7 persen, Malaysia 6,4 persen, Indonesia 5,4 persen," jelasnya.
JK menekankan jika kita seharusnya tidak menggeneralisir krisis atau resesi tersebut akan melanda seluruh negara.
Merujuk pada krisis yang pernah terjadi sebelumnya di Amerika Serikat, nyatanya tidak banyak berdampak pada pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
"Pengalaman krisis AS 2008, ketika jatuh ke nol persen, tapi kita masih tumbuh, 4,5 persen dari 6 persen. tapi dalam waktu satu tahun kembali ke 6," jelasnya.
Jadi, lanjut JK, meskipun disebut krisis ekonomi dunia, tetapi sebenarnya itu tidak terjadi di semua negara, untuk itu ia menegaskan agar Indonesia tetap optimis menghadapinya.
"Kekhawatiran perlu, tapi jangan berlebihan. hanya optimisme yang bisa mendorong. Justru dari krisis itu kita mengambil manfaat dengan mendukung dunia," tegasnya.
Menurut JK, Indonesia memiliki peluang besar untuk mempertahankan pertumbuhan ekonominya di tengah krisis.
JK menyebut Indonesia saat ini telah memiliki pasokan energi yang cukup, bahkan lebih, produksi batu bara yang banyak dan swasembada beras.
"Kita harus jauh lebih baik, dibandingkan Vietnam dan Filipina sumber daya kita jauh lebih baik. Berarti kebijakan ekonomi kita, keuangan, moneter, investasi. kita harus permudah orang untuk invetasi, kita harus perbaiki kebijakan kita," pungkasnya.
Sumber: rmol