Besarnya angka defisit neraca dagang per April 2019, yakni sebesar 2,50 miliar dolar AS membuktikan bahwa tim ekonomi pemerintahan Joko Widodo telah gagal. Apalagi angka ini merupakan defisit neraca perdagangan paling besar sepanjang sejarah Indonesia.
Anggota Dewan Pakar Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi, Dradjad Wibowo mengatakan berbagai langkah pemerintah dalam menaikan bermacam tarif dan upaya menanggulangi hambatan ekonomi lainnya telah gagal dalam menekan defisit perdagangan.
Salah satu sebabnya adalah karena kebijakan tersebut hanya ‘menghajar’ barang impor yang enteng-enteng.
“Umumnya barang tersebut tidak ada ‘raja impor’ di belakangnya," katanya saat berbincang dengan Kantor Berita Politik RMOL, Kamis (16/5).
Sementara itu, lanjut Wakil Ketua Dewan Kerhormatan Partai Amanat Nasional (PAN) ini, barang yang diduga dikuasai raja-raja impor, bahkan mafia, masih belum tersentuh secara signifikan.
"Contohnya adalah impor minyak," tandasnya.
Badan Pusat Statisktik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia per April 2019 defisit atau tekor sebesar 2,50 miliar dolar AS. Angka ini berasal dari nilai ekspor sebesar 12,6 miliar dolar dan nilai impor sebesar 15,10 miliar dolar AS.0 rmo