Image description
Image captions

Menteri Luar Negeri RI, Retno Marsudi mengkritisi pidato yang disampaikan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu selama sidang Majelis Umum PBB.

Dikatakan Retno, selama pidato Netanyahu tidak menyebutkan nama Palestina sedikitnya. Menurut Menlu, tindakan tersebut sengaja dilakukan guna menghalangi upaya pengakuan negara Palestina.

"Tidak disebutkannya Palestina dalam pidato tersebut bukan tanpa maksud. Jelas, yaitu menghilangkan Palestina, hak-hak Palestina dan menihilkan harapan kemerdekaan Palestina dan solusi dua negara," tegas Menlu dalam pidatonya meraih Diplomacy Mujahidah Awards dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) di Jakarta pada Kamis (3/10).

Melihat upaya keras Israel, Menlu menilai jalan menuju kemerdekaan Palestina akan penuh tantangan dan masih memerlukan waktu panjang.

Upaya membela kebenaran serta keadilan untuk Palestina membutuhkan dukungan negara-negara seperti Indonesia yang secara konsisten berani mengatakan yang benar adalah benar dan yang salah adalah salah.

"Kita bersyukur bahwa perjuangan Indonesia membela Palestina mendapat dukungan besar dari masyarakat, MUI dan Baznas mitra penting dalam perjuangan tersebut," tegasnya.

Menlu menegaskan bahwa dukungan Indonesia untuk Palestina tidak akan goyah dan akan selalu berada di garis depan dalam membela kemerdekaan.

"Indonesia tidak akan tinggal diam. Indonesia termasuk di garis depan dalam membela perjuangan bangsa Palestina. Diplomasi Indonesia memilih untuk berpihak membela keadilan dan kemanusiaan, membela yang benar, against all odds," tegas Retno.

Dikatakan Menlu Retno, Selama 10 tahun terakhir, bantuan pemerintah dan masyarakat Indonesia sangat besar. Telah disalurkan 189 capacity building kepada lebih dari 2.000 penerima manfaat di Palestina

Hal ini belum termasuk komitmen penyaluran bantuan ke Palestina melalui saluran lain seperti International Labour Organization (ILO) dan United Nations Relief and Works Agency for Palestine Refugees in the Near East (UNRWA)," papar Menlu