Pelaksanaan latihan gabungan bersama Super Garuda Shield 2024 menjadi pengalaman bagi TNI untuk memimpin operasi gabungan dari pasukan multinasional sejumlah negara yang saling memiliki perbedaan doktrin pertempuran.
Menurut Komandan Komando Pendidikan Latihan (Dankodiklat) TNI Laksamana Madya Maman Firmansyah, perbedaan doktrin merupakan hal yang patut dimaklumi. Namun, dia menekankan pentingnya TNI untuk mampu membaca pola militer setiap negara dalam menyukseskan operasi gabungan.
“Jadi, doktrin (militer setiap negara) itu berbeda, tetapi dalam pelaksanaan (operasi) hampir sama. Kami (TNI) tinggal melihat atau mencontoh dari mereka itu,” kata Maman usai kegiatan operasi amfibi di Situbondo, Jawa Timur, Kamis (5/9).
Maman mengungkapkan cara TNI dalam mengenal dan mempelajari perbedaan doktrin tempur menjadi operasi yang solid ialah dengan cara berbagi pengalaman dengan antarpasukan negara peserta latihan.
“Berbagi pengalamannya itu yang paling penting di sana, interopabilitasnya sangat penting. Kami melihat bagimana cara (pola militer) Amerika seperti apa, lalu kami akan demikian. Pengalaman menjadikan yang terbaik bagi kami, TNI,” ungkap Maman.
Oleh karena itu, pada latihan tahun ini terdapat materi staff exercise (Stafex) di Surabaya, Kamis (29/8) lalu. Para prajurit antarnegara saling belajar dengan berkolaborasi dan berinteraksi dalam penyelesaian permasalahan skenario latihan dan memperkuat kerja sama lintas batas.
Adapun staff exercise yang biasa dikenal dengan istilah geladi posko merupakan metode latihan taktis tanpa pasukan yang bertujuan memelihara dan meningkatkan prosedur hubungan komandan dan staf dalam merencanakan, mempersiapkan, dan melaksanakan operasi militer utamanya pada proses pengambilan keputusan.
Materi yang dilatihkan dalam staff exercise ini terkait kemampuan cara proses pengambilan keputusan militer serta koordinasi antarnegara dalam menyelesaikan misi yang diskenariokan.