Penambahan jumlah kasus positif Covid-19 di DKI Jakarta pada 1 Agustus sebanyak 374 kasus. Sehingga, akumulasi total kasus infeksi virus Corona di ibu kota sebanyak 21.575.
"Penambahan kasus positif pada hari ini sebanyak 374 kasus. Jumlah kasus Konfirmasi secara total di Jakarta pada hari ini sebanyak 21.575 kasus," ujar Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat, Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, Fify Mulyani, Sabtu (1/8).
Sementara itu, Fify menuturkan jumlah kasus aktif di Jakarta saat ini sebanyak 6.836 kasus, orang yang masih dirawat/isolasi. Sedangkan, 13.887 orang dinyatakan telah sembuh.
"Dan 852 orang meninggal dunia," tuturnya.
Berdasarkan data terkini Dinas Kesehatan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, dilakukan tes PCR sebanyak 3.803 spesimen.
"3.002 di antaranya untuk mendiagnosis kasus baru dengan hasil 374 positif dan 2.628 negatif. Dari 374 kasus positif itu, terdapat 123 kasus rapelan dari tanggal 30 Juli 2020. Untuk jumlah orang dites sepekan terakhir sebanyak 40.712. Sedangkan, untuk jumlah tes PCR total per 1 juta penduduk sebanyak 37.908," terangnya.
Ia menjelaskan, WHO telah menetapkan standar jumlah tes PCR adalah 1.000 orang per 1 juta penduduk per minggu. Berdasarkan WHO, Jakarta harus melakukan pemeriksaan PCR minimum pada 10.645 orang per minggu, atau 1.521 orang per hari.
"Saat ini jumlah tes PCR di Jakarta setiap pekan adalah 4 kali lipat standar WHO," imbuhnya.
Ia menambahkan tes PCR di Jakarta dilakukan melalui kolaborasi 47 Laboratorium Pemerintah Daerah, Pemerintah Pusat, BUMN, dan swasta. Pemprov DKI Jakarta memberikan dukungan biaya tes kepada Laboratorium BUMN dan swasta yang ikut berjejaring bersama dalam pemeriksaan sampel program.
"Untuk positivity rate atau persentase kasus positif sepekan terakhir di Jakarta sebesar 7,2 persen, sedangkan Indonesia sebesar 14,6 persen. WHO juga menetapkan standar persentase kasus positif tidak lebih dari 5 persen. Namun, persentase kasus positif ini hanya bisa dianggap valid bila standar jumlah tes yang dilakukan telah terpenuhi," tuturnya.
"Bila jumlah tesnya sedikit (tidak memenuhi standar WHO), maka indikator persentase kasus positif patut diragukan.