-
PT Indosat Tbk menawarkan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) kepada 677 karyawannya. Sebanyak 80% di antaranya diklaim setuju untuk di-PHK.
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira menilai aksi Indosat membuktikan strategi bisnis perusahaan ini kurang kompetitif dibanding kompetitor lainnya. Pasalnya, langkah yang diambil Indosat terjadi saat sektor telekomunikasi sedang gencar-gencarnya menyerap tenaga kerja baru.
"Jadi ini hal yang cukup aneh ketika sektor telekomunikasi mencatatkan pertumbuhan tinggi yakni sampai 9,41% sepanjang 2019 kemarin, tapi ada perusahaan telekomunikasi (Indosat) yang lakukan PHK, artinya ini ada dugaanmiss management dan pengaturan strategi bisnis yang kurang kompetitif," ujar Bhima, Sabtu (15/2/2020) sebagaimana dilansir detikcom..
Bhima memperkuat argumennya dengan mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS) yang menunjukkan adanya kenaikan serapan kerja di sektor telekomunikasi sepanjang 2019 lalu.
Berdasarkan data BPS memang Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) mengalami penurunan sejak tahun 2015 sampai dengan tahun 2019. Pada Agustus 2019, TPT turun menjadi 5,28% dibandingkan tahun lalu yang sebesar 5,34%. Artinya, hanya terdapat 5 orang pengangguran dari 100 orang angkatan kerja di Indonesia.
Penurunan pengangguran terjadi karena serapan kerja meningkat, terutama bagi sektor telekomunikasi yang tercatat mampu menyerap angkatan kerja baru hingga 10.000 orang. Jika dibandingkan dalam 3 tahun terakhir, ada tambahan 230.000 orang tenaga kerja di sektor informasi dan komunikasi ini.
"Jadi menurut saya kurang tepat ya, justru akan menambah pengangguran baru kalau perusahaan telekomunikasi sampai lakukan PHK," katanya.
Ditambah lagi, sektor ini ke depannya dianggap bakal semakin tumbuh pesat terutama menyambut era Industri 4.0. Hal itu otomatis membutuhkan lebih banyak serapan tenaga kerja bagi perusahaan telekomunikasi seperti Indosat.
"Sektor komunikasi ke depannya makin berkembang apalagi ada Industri 4.0, jadi butuh layanan data yang kuat. Aneh saja malah efisiensi karyawan. Harusnya butuh lebih banyak serapan tenaga kerja baru di sektor komunikasi," pungkasnya.